Langsung ke konten utama

Menembus Batas Pemahaman Diri

Seringkali kita sebagai manusia menilai segala sesuatu dari setiap hal yang tampak di depan mata.
Ya, itulah fitrah manusia.
Kita hanya berbekal panca indera untuk memahami stimulus yang ada di alam semesta ini, selanjutnya akan ditransferkan ke neuron-neuron di dalam otak hingga membuahkan buah persepsi dan pikiran yang akan menentukan keputusan pengambilan sikap dan perilaku.

Suatu hal yang pasti adalah keterhubungan antara sikap dan perilaku manusia dengan eksistensi kehidupan manusia itu sendiri di bumi ini.
Mari kita cermati dan lihat ke dalam diri kita sendiri. Ambillah sebuah kaca, tataplah diri anda. Pahamilah bahwa anda sedang menilai 'orang lain' yang selama ini hidup berdampingan dengan anda. Cermatilah baik-baik sosok yang sedang anda lihat!
Nilailah orang itu!

Apakah anda memperoleh suatu kesimpulan tentang sosok tersebut?
Pasti akan muncul berbagai kesimpulan yang sangat bervariasi dari berbagai perspektif. Penilaian yang muncul mungkin akan disimpulkan melalui perspektif fisik, ekonomi, pendidikan, religiusitas dan spiritualitas, serta masih banyak lagi. Hal ini dapat kita pahami bahwa diri kita adalah manusia yang memiliki peran dan andil yang sangat besar di dalam kehidupan.
Namun, satu hal yang perlu disoroti, yaitu:
'Anda adalah apa yang Anda nilai'.
Semakin dominan anda menilai sosok tersebut yang hakikatnya adalah diri anda sendiri melalui suatu perspektif tersebut menandakan bahwa disitulah orientasi hidup terbesar yang mungkin ingin anda capai.

Manusia memiliki akal yang menjadikannya makhluk paling istimewa di muka bumi ini.
So, let's analyze ourselves with the deepest insight!
Sudah tepatkah orientasi hidup terbesar yang ingin kita capai?
Patutkah ia yang harus diprioritaskan dan diperjuangkan dengan segenap energi kehidupan yang kita miliki?
Let's get the answer! :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Oh, masalah!

Bismillaah... Alquran diturunkan kepada Rasulullah sebagai petunjuk kehidupan. Bukankah kita sebagai umat muslim sudah mengetahuinya? Namun, sudahkah kita meyakininya dan mempercayainya sepenuh hati? Ustadz Maman Surahman di dalam sebuah majelis ilmu menyampaikan bahwa banyaknya problematika kehidupan saat ini tak lain disebabkan oleh aturan-aturan Pencipta yang tidak diimplementasikan dengan baik dan benar. Manusia justru menciptakan sendiri masalah demi masalah di kehidupannya karena tidak hidup sesuai panduan dan aturan baku dari Penciptanya.  Kita sebagai manusia justru berusaha mencari-cari ilmu baru , dan berinovasi secanggih mungkin untuk menciptakan solusi dari berbagai permasalahan yang ada. Namun, justru disitulah manusia akan terus berputar dan kembali pada permasalahan awal.  Sementara Sang Pencipta telah menciptakan manusia beserta buku panduannya dan melengkapinya dengan contoh sempurna dengan diutusnya Rasulullah sang suri tauladan yang telah dilalaikan ole

Catatan Walimatus-Safar

“Maha benar Allah Yang Maha Agung”. Kuakhiri bacaan sari tilawah dari surat Al-Baqoroh ayat 197 dan Ali-Imron ayat 95-97. Selanjutnya, kuberikan microphone kepada sang Qori’ul Qur’an yang kemudian melantunkan: Labbayka-llaahumma labbayk # Labbayka laa syariika laka labbayk Innal-hamda wa-nni’mata# laka wal-mulk Laa syariika lak Alunan indah nan merdu terlantun dari seorang Qori’ul Qur’an Bapak Suyono Malik. Suara parau dan linangan air mata haru meliputi para jama’ah majlis undangan yang mengikutinya, khususnya sang calon addhuyuuful-baitil-haroom . Kalimat talbiyah tersebut diulangi tiga kali lalu disambung dengan sholawat badar. Hari ini tanggal 30 Agustus 2014 telah diselenggarakan acara walimatus-safar di kediaman Bapak dan Ibu Sugiharto. Beliau berdua telah menerima panggilan dari Kemenag untuk menunaikan ibadah haji bersama rombongan jama’ah haji Indonesia lainnya yang akan diberangkatkan tahun ini. Setelah bertahun-tahun lamanya mengantri panggilan ibadah haj

Sebuah Penyesalan yang Diharapkan

Bismillaah... Aku menyesal... Mungkin setiap insan pernah berkata demikian. Sebuah penyesalan yang datang dari hal-hal yang tak diinginkan akibat kelalaian ataupun keteledoran yang dilakukan. Namun, bisa saja sebuah penyesalan datang akibat pilihan yang sebelumnya telah dipikirkan matang-matang.  Hmmm... Bagaimana hal ini bisa terjadi? Bisa saja sih, pun demikian buah pikiran yang matang belum tentu dihasilkan dari pengolahan akal dan ilmu yang memadai. So, dipastikan itu merupakan sebuah kelalaian :) Kelalaian dari menuntut ilmu atau mendapatkan informasi yang benar :) Hoho, sudahlah tak usah dipikirkan njlimet tenan :v Sekarang yang anda rasakan adalah anda menyesal. Nah, sekarang yang sebaiknya perlu dilihat adalah hasil dari penyesalan. Sesalmu menyemangatimu? Ataukah sesalmu menenggelamkan tekadmu? Penyesalan yang membuahkan kebaikan adalah anugerah Allah yang harusnya membuat kita senang. Sebagaimana saat kita berbuat keburukan, lalu kita menyesal dan b